Obornews.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 di seluruh Indonesia, menurut tahapan yang telah dibuat oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024, termasuk di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel)
Sebelum adanya keputusan MK No 60 tanggal 20 Agustus 2024, seluruh partai di Lamsel tidak ada yang bisa mengajukan pasangan calon (Paslon) secara mandiri, karena berdasarkan hasil pileg 2024 lalu, perolehan kursi DPRD Lamsel tidak ada yang mencapai dua puluh persen (10 kursi) dari 50 kursi yang ada di DPRD Lamsel.
Namun setelah adanya Keputusan MK yang mengabulkan gugatan terkait dengan tatacara perhitungan suara untuk calon kepala daerah dihitung berdasarkan suara yang sah untuk mengusung calon kada.
Acuan suara sah yang dimaksud adalah yang di peroleh parpol dalam pileg 2024 sebagai dasar mangajukan calon, telah membuka peluang bagi partai-partai peraih kursi di DPRD Lamsel untuk bisa mangajukan calon secara mandiri tanpa harus koalisi dengan partai lainnya.
Tapi sayang peluang yang sudah diberikan MK, oleh partai-partai peraih kursi di DPRD Lamsel, maupun yang tidak meraih kursi di DPRD, tidak di manfaatkan secara maksimal, partai-partai peraih kursi tetap berkeinginan untuk menjalin koalisi dalam mengusung pasangan calon kada.
Karena itu, partai yang telah membangun koalisi di Lampung Selatan bersepakat mengajukan pasangan yang mereka inginkan.
Dari koalisi partai yang telah mengajukan kandidat Paslon kepala daerah (Paslon kada), berdasarkan data yang di peroleh di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Lamsel , maka yang akan maju dalam Pilkada adalah :
1. Nanang Ermanto dan Antoni Imam (Nanang-Antoni) calon petahana, diajukan koalisi PDIP 8 kursi, PKS 4 kursi jumlah 12 kursi
2. Radityo Eggi Pratama dan Syaiful Anwar (Eggi-Syaiful) yang di usung PAN 6 kursi, Gerindra 9 kursi, NasDem 5 kursi, PKB 6 kursi, Golkar 7 kursi. Jumlah 38 kursi. Sementara partai non parlemen yang bergabung adalah PSI dan Partai Gelora Indonesia.
Dari data tersebut, maka akan berhadapan atau head to head antara petahana dan Radityo Eggi Pratama yang merupakan menantu Zulkifli Hasan (Zulhas), Ketua Umum DPP PAN dan sekaligus Menteri Perdagangan RI.
Dalam tulisan ini saya akan coba untuk sedikit mengupas kekuatan Nanang Ermanto ( petahana) versus Eggi (yang dalam tulisan ini saya sebut sebagai Trah Bani Hasan).
Saya akan kupas rekam jejak masing-masing calon satu persatu terkait keberadaan mereka di Lamsel, sampai pada pilkada 2024 ini.
*Nanang-Antoni.*
Publik di Lamsel pasti sudah amat familier dengan Nama Nanang Ermanto (NE), beliau adalah Bupati Lamsel periode 2020-2025.
Karier NE di mulai sebagai Kepala Desa (Kades) Way Galih, Kecamatan Tanjung Bintang, Lamsel di awal tahun dua ribuan.
Pada tahun 2003-2005, oleh DPC PDIP Lampung Selatan, NE di tunjuk sebagai PLT Ketua PAC PDIP Tanjung Bintang, Lamsel, menggantikan Bapak Slamet, yang mengundurkan diri di tengah jalan. Slamet sendiri adalah Anggota DPRD Lamsel dari PDIP periode 1999-2004.
Itu berarti NE di tunjuk sebagai PLT Ketua PAC PDIP Tanjung Bintang, pada saat posisi NE masih menjadi Kepala Desa Way Galih.
Pada tahun 2005, terjadi Musyawarah Anak Cabang (Musancab) PAC PDIP Tanjung Bintang, NE mencalonkan diri sebagai Ketua PAC dan kembali terpilih untuk masa jabatan periode 2005-2010.
Karier NE di partai politik terus menanjak, tahun 2010-2015 ia menjabat sekretaris DPC PDIP Lamsel, kemudian tahun 2015-2020 kembali menjabat sekretaris DPC dan tahun 2020 sampai saat ini, NE adalah ketua DPC PDIP Lamsel, menggantikan Ketua PDIP sebelumnya yaitu Hendri Rosyadi (Hero) yang telah menjabat ketua PDIP Lamsel selama dua periode, yaitu periode 2010-2015 dan periode 2015-2020.
Usai menjadi Kades Way Galih, yang berakhir pada pertengahan tahun 2008, NE mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Lamsel dan terpilih untuk masa jabatan 2009-2014.
Sebenarnya pada pileg tahun 2014 NE kembali terpilih menjadi anggota DPRD Lamsel periode 2014-2019, namun pada tahun 2015 NE mengundurkan diri dari anggota DPRD Lamsel, karena mencalonkan diri sebagai wakil Bupati Lamsel mendampingi Zainudin Hasan adik kandung Zulhas.
Zainudin Hasan-Nanang Ermanto berhasil menang dan dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Lamsel periode 2016-2021.
Dewi keberuntungan rupanya terus memayungi NE, karena akhir tahun 2017 Zainudin Hasan terkena OTT KPK terkait kasus korupsi.
Imbas dari OTT KPK yang menimpa Zainudin Hasan, maka NE ditunjuk sebagai PLH Bupati Lamsel, kemudian menjadi PJs dan menjadi Bupati Lamsel, hingga berakhirnya masa jabatan periode 2016-2021.
Keberuntungan kembali dimiliki oleh NE, dalam pilkada 2020, NE yang kembali maju berpasangan dengan Pandu Kusuma Dewangsa (PKD), berhasil mengalahkan pasangan lainnya yaitu Tony Eka Chandra-Antoni Imam dan Hipni-Melin.
Antoni kini akan mendampingi NE dalam pilkada 2024.
Itulah sekelumit perjalanan karier NE baik di partai maupun di jabatan ekskutif.
Kemudian bagaimana dengan Antoni Imam, calon wakil bupati yang akan mendampingi NE dalam pilkada 2024?
Sama halnya dengan Nanang Ermanto, Antoni pun, sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk maju sebagai calon bupati/wakil bupati Lamsel.
Antoni Imam adalah politisi dan kader inti PKS. Karier politik pria yang gemar olah raga tinju dan sepak bola ini, yaitu pernah tiga kali menjadi ketua DPD PKS Lamsel yaitu periode 2005-2010, 2010-2015 dan 2020-2025.
Perjalanan karier Antoni di PKS pun cukup cemerlang. Pernah dua periode menjadi wakil ketua DPRD Lamsel, yaitu 2004-2009 dan 2009-2014.
Kemudian satu periode sebagai Anggota DPRD Lampung yaitu 2014-2019.
Sebenarnya pileg 2019, Antoni kembali terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung untuk kali keduanya yaitu periode 2019-2024, tapi pada tahun 2020, ia mundur karena mencalonkan diri sebagai wakil bupati Lamsel.
Sayang untuk pileg 2024 lalu, Antoni gagal menduduki kursi dewan di Provinsi Lampung, karena kalah dengan teman sejawatnya sesama kader PKS yaitu Puji Sartono.
Puji Sartono sendiri adalah orang yang menggantikan dirinya dalam proses PAW di DPRD Provinsi Lampung, tahun 2020 lalu.
Bisa di katakan Antoni Imam pantas di sebut sebagai *petarung* karena sudah dua kali mencoba keberuntungan nyalon wakil bupati namun selalu kalah.
Tahun 2010-2015, Antoni mencalonkan diri sebagai wakil bupati, berpasangan dengan Wendy Melfa (bupati petahana), tapi mampu di kalahkan oleh Paslon Rycko-Eki, yang di usung PDIP.
Kemudian tahun 2020 kembali mencalonkan diri menjadi wakil bupati berpasangan dengan Tony Eka Chandra, namun kembali kalah oleh pasangan Nanang-Pandu, yang di usung PDIP dan beberapa partai lainnya.
Dengan demikian, majunya Antoni di pilkada 2024 ini, adalah kali ketiga, dan untuk yang ketiga inipun Antoni akan berpasangan dengan bupati petahana yaitu Nanang Ermanto.
Sabagai ketua DPD PKS Lamsel, Antoni Imam mempunyai program, menyambangi, membiayai serta mengantarkan warga masyarakat yang tidak mampu untuk berobat ke rumah sakit di se antero Provinsi Lampung.
Antoni tanpa mengenal lelah, datang langsung dengan mobil (kendaraan) pribadinya, mendatangi rumah orang miskin yang sakit, kemudian mengantarkan dan menjemput orang tersebut dari rumah sakit sesuai rujukan BPJS.
Dengan modal ini, sedikit banyak merupakan poin bagi Paslon Nanang-Antoni di pilkada 2024.
Itulah sedikit gambaran sosok NE dan Antoni di pentas politik Lamsel. Kemudian bagiamana strategi kampanye yang akan dipergunakan oleh Nanang-Antoni dalam pilkada 2024?
Sebagai bupati petahana, warga Lamsel hampir seluruhnya kenal dan tahu dengan nama NE
Warga tidak butuh penjelasan secara detail tentang siapa NE, Krn hampir sembilan tahun NE menduduki jabatan utama di Lamsel sebagai wakil bupati dilanjutkan dengan Bupati Lamsel hingga saat ini.
Sebenarnya siapa pun calon petahana, mereka sudah mengantongi dua puluh persen suara kemenangan. Meski teori tersebut tidak selalu benar. Buktinya calon petahana Wendy Melfa dan Rycho Menoza, harus menelan pil pahit, kalah dalam pilkada yang mereka ikuti, meski mereka adalah calon petahana pada zamannya.
Figur NE dalam memimpin Lamsel cukup gesit, lincah dan ligat. Hal ini terlihat dari tingkat kepuasan warga Lamsel yang masih cukup tinggi terhadap NE.
Selain itu selaku Bupati, NE bisa dengan mudah mempergunakan dana yang bersumber dari APBD, untuk kepentingan dan atau pencitraan dirinya. Program untuk pencitraan dengan dana dari APBD di kemas dengan berbagai bentuk kegiatan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lamsel dengan menghadirkan NE secara langsung di acara yang OPD kemas. Tentu saja kehadiran NE dalam kapasitasnya sebagai Bupati Lamsel.
Saya ambil contoh tentang kegiatan fair-fair yang dilakukan oleh seluruh kecamatan di Lamsel dan yang dibuka oleh NE atas nama Bupati.
Kegiatan fair-fair yang dilakukan oleh tujuh belas kecamatan di Lamsel dari Natar sampai Bakauheni.
Kegiatan fair-fair itu di bungkus dengan nama pameran pembangunan, fair kecamatan A, kecamatan B, kecamatan C dan seterusnya, yang berputar dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya secara bergilir pada 17 kecamatan di Lamsel plus satu kegiatan fair untuk tingkat kabupaten.
Pameran pembangunan atau fair-fair itu menampilkan aneka ragam hasil karya seluruh desa se Lamsel.
Yang teranyar adalah kegiatan JOB Fair Lampung Selatan yang diadakan tanggal 21 Agustus 2024 lalu di Kalianda.
Anggaran fair-fair itu berasal dari APBD Lamsel, dan kalau mau jujur, setelah usainya acara fair-fair, masyarakat tidak mendapatkan manfaat apa-apa, kecuali hanya sekedar ajang pencitraan untuk sang bupati.
Kemudian selaku Bupati, NE juga bisa memanfaatkan dan memilih penerima bantuan bedah rumah dari perusahaan-perusahaan yang ada di Lamsel dalam bentuk CSR.
Meski secara jujur harus diakui, program bedah rumah pasti bermanfaat bagi warga miskin dan yang membutuhkan rumah, namun penyalurannya, ada sebagian masyarakat yang menilai kurang adil dalam distribusinya.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang lainpun tidak jauh berbeda, setiap kegiatan yang bersumber dari dana APBD, pasti harus di kunjungi oleh NE, sementara wakil bupati tidak diberi ruang dan kesempatan untuk turut serta memanfaatkan ruang-ruang yang ada, khususnya ruang (kegiatan) yang dananya bersumber dari APBD Lamsel.
Wakil bupati, Pandu Kusuma Dewangsa (PKD) sejak dilantik tahun 2021, hanya pajangan konstitusi saja, tanpa aktifitas sama sekali. Bahkan saking pelitnya NE berbagi tugas dengan PKD, hanya sekedar memberi sambutan untuk menyampaikan draf Peraturan Daerah (Perda) dihadapan sidang paripurna DPRD sekalipun, tidak ada ruang bagi PKD.
Bisa saja NE berfikir, dengan tidak memberi ruang kepada PKD maka namanya akan semakin di kenal oleh masyarakat Lamsel, sehingga dengan demikian, NE beranggapan bahwa dirinya akan mudah memproleh kemenangan dalam pilkada 2024.
Tentu saja pendapat itu sangat keliru, karena dalam kontestasi pilkada, ada *faktor X* yang amat menentukan suatu kemenangan bagi paslon kada yang akan bertarung.
Setelah calon petahana secara gamblang saya ulas, kemudian bagaimana dengan trah Bani Hasan yang di elus oleh Zulhas? Ini sajian dan gambaran Paslon *Radityo Eggi Pratama dan Syaiful Anwar*
Bagaimana cerita awal mula Eggi diperkenalkan kepada publik di Lamsel, lantas bagaimana kisahnya Syaiful Anwar yang dipilih sebagai calon wakil bupati untuk mendampingi Eggi?
BERSAMBUNG…
Discussion about this post