Obornews.id-Dinamika pelaksanaan Musyawarah Cabang (Muscab) Lampung Selatan di hotel Amarta, Rangai Tri Tunggal, Kec Katibung ini cukup panas, bahkan sempat terjadi dua kali Muscab. Bagaimana kisahnya?
Rapat DPC PKB Lamsel dalam rangka pelaksanaan Muscab memutuskan dua hal penting yaitu :
1. Membentuk Panitia Muscab
2. Menetapkan tanggal dan tempat pelaksanaan Muscab.
Dari hasil keputusan rapat DPC PKB itu, di tindak lanjuti oleh panitia muscab untuk mempersiapkan administrasi muscab, surat undangan dan draf muscab secara tertulis dan setengah bulan sebelum muscab dilaksanakan draf tersebut sudah dikirim kepada seluruh PAC sebagai calon peserta muscab.
Tibalah waktu pelaksanaan Muscab. Panitia mengharuskan peserta muscab harus hadir di arena untuk registrasi peserta dll, satu hari sebelum pelaksanaan, termasuk harus menginap di lokasi, Krn saat itu Lamsel masih meliputi Pesawaran, jadi jarak tempuh masih menjadi kendala, jika peserta hadir tepat di hari H, maka otomatis muscab akan molor.
Awalnya muscab berjalan normal, seluruh peserta dan para pengurus hadir, melakukan registrasi dll. Tujuh belas PAC PKB dari dua puluh PAC semuanya hadir (Punduh Pidada ( pengurusnya masih gabung dengan Padang Cermin, Jati Agung pengurusnya masih gabung dengan Tanjung Bintang, dan Kalianda masih gabung pengurusnya dengan Rajabasa).
Namun ketika malam hari, tujuh ketua PAC meninggalkan lokasi muscab, tanpa ada pemberitahuan dengan panitia.
Pagi hari muscab di buka, hadir Bupati Lamsel yang sekaligus membuka acara muscab, Ketua DPW PKB Bapak Alm Syafrin Romas dan Sekretaris DPW Muhammad Habib dan jajaran pengurus DPW juga ada dalam arena pembukaan muscab, termasuk KH Hafiduddin Hanib wakil ketua dewan syuro DPW PKB Lampung.
Bahkan KH Hafidudin Hanig, tetap berada di lokasi muscab sampai berakhirnya rangkaian muscab, meski jajaran DPW lainnya sudah meninggalkan arena.
Usai pembukaan, panitia kembali mengadakan registrasi ulang dan disitulah panitia tahu bahwa ada tujuh ketua PAC yang meninggalkan lokasi, dan menurut teman-teman ketujuh PAC, yang ditinggalkan di arena muscab ( Sekretaris Tanfidz, para dewan Syuro dari 7 PAC), ketua-ketua mereka di angkut oleh dua mobil menuju Candiouro.
Mendengar keterangan itu, akhirnya ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Lamsel, mengontak Alm KH Syukron (Ketua dewan syuro) via HP, untuk mendengarkan penjelasan beliau, didapat lah penjelasan bahwa tujuh orang ketua PAC itu ada di Candipuro, untuk melaksanakan Muscab versi Candipuro.
Tentu penjelasan tersebut membuat Alm KH Habib Muhammad Assegaf terkejut. Namun karena DPC PKB Lamsel menganggap bahwa lokasi muscab adalah di hotel Amarta, maka DPC PKB Lamsel memerintahkan kepada panitia untuk terus menggelar Muscab di Hotel Amarta.
Dalam muscab di hotel Amarta itu terpilihlah Alm KH Habib Muhammad Assegaf sebagai ketua dewan syuro dengan perolehan suara 17. ( karena dewan syuro dari tujuh kecamatan yang para ketua Tanfidznya telah di Candipuro, namun berdasarkan tatib yang ada, maka Ketua dewan syuro boleh memilih, tapi hanya untuk dewan syuro juga). Sedangkan Syahidan. MH, terpilih sebagai ketua dewan Tanfidz dengan mendapatkan 10 suara ( 7 suara yang para ketuanya ada di Candipuro, tidak boleh memilih karena di khawatirkan akan berpolemik dengan ketuanya).
Sementara muscab versi Candipuro, memilih Alm KH Ahmad Syukron sebagai ketua dewan Syuro dan H. Marso Kasnanto sebagai ketua Tanfidz.
Hasil muscab hotel Amarta beserta administrasi pendukungnya di kirim ke DPW PKB Lampung, untuk di proses lebih lanjut. Namun sampai pelaksanaan MLB DPP PKB di Jogjakarta SK DPC PKB Lamsel, hasil muscab hotel Amarta, tidak kunjung keluar, hal ini dapat di maklumi, karena jajaran DPW PKB Lampung terkesan berpihak kepada kelompok Candipuro.
Pada bulan Februari 2022, DPP PKB pimpinan PLT Ketua umum Alwi Syihab mengadakan Muktamar Luar Biasa (MLB) di Jogjakarta.
Selaku pemenang Muscab Lamsel di hotel Amarta, saya beserta kader militan pendukung saya, berangkat ke Jogjakarta dengan mempergunakan empat buah mini bus.
Meski DPC PKB Lamsel sudah mendapatkan surat dari panitia MLB, bagi DPW/DPC yang sedang bermasalah dengan SK kepengurusannya, maka pemegang mandat hak suara di MLB adalah pengurus lama yaitu Ketua dewan syuro adalah KH Ahmad Syukron dan ketua dewan Tanfidz Alm KH Habib Muhammad Assegaf.
Niat saya membawa pendukung ke MLB adalah untuk wahana silaturahmi bagi para kyai pendukung saya, Krn tradisi di NU, ketika ada suatu perhelatan sekala nasional pasti banyak Kyai-kyai KHOS yang hadir di arena tersebut, sehingga para kyai yang saya bawa itu, bisa bersilaturahmi walaupun hanya sekedar bersalaman dengan para kyai KHOS panutan mereka itu.
MLB menghasilkan keputusan mengukuhkan Alwi Shihab sebagai ketum, Waketum di jabat oleh Prof Mahfud MD dan Prof Muhammad AS Hikam dan sekjen di jabat oleh Syaifulah Yusuf (Gus Iful)
Pasca MLB Jogjakarta, pengurus terpilih DPC PKB Lamsel terus mengadakan konsolidasi dalam rangka memperkuat jaringan dan soliditas warga PKB dan warga NU. Krn pasca muscab PKB Lamsel, warga PKB dan para kyai NU juga ikut terpolarisasi.
Selaku ketua DPC PKB Lamsel terpilih, saya aktif turun ke lapangan khusunya ke basis-basis masa NU, kegiatan-kegiatan tersebut di kemas dalam bentuk kegiatan *Kholaqoh*,
Sebagai tim pelaksana Kholaqoh, saya tunjuk Kyai Fadholi (kyai asal Padmosari, Kec Natar), Sahrul dan M. Abdul Hafid ( mantan ketua KPUD Lamsel).
Sedangkan pemateri tetap, dalam Kholaqoh tersebut adalah KH Ahmad Ishomudin yang kala itu, beliau adalah pengasuh Yayasan Yatim Piatu sebiay, milik Alm Mayjend TNI Namuri Anoem, di Hajimena.
Tim Kholaqoh berkeliling dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya, yaitu : Way Lima, Kedondong, Gedung Tataan, Negri Katon, Tegineneng, Natar, Jati Agung, Tanjung Bintang, Merbau Mataram, Katibung, Sidomulyo, Kalianda dll.
Kegiatan Kholaqoh dilakukan semata-mata dalam rangka menjaga soliditas warga Nahdliyyin di lapangan.
Bahkan pada bulan Mei 2002, Gus Iful selaku ketum GP Ansor dan merangkap Sekjen PKB hasil MLB Jogjakarta, pernah hadir di PP Daarul Ma’arif, dalam rangka menyerap aspirasi warga NU dan PKB di Lamsel.
Akhirnya pada Mei 2002, DPP PKB mengirim surat ke DPW PKB Lampung yang ditembuskan pula ke DPC PKB Lamsel, untuk mengulang pelaksanaan Muscab Lamsel.
Muscab susulan harus dilakukan demi menjaga kondusifitas dan soliditas warga PKB dan juga warga NU.
Dalam surat itu juga, di cantumkan pelaksanaan Muscab harus di tempat yang netral.
Setelah menerima surat itu, DPC PKB Lamsel menindak lanjutinya dengan menggelar Muscab susulan di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Way Halim, Bandar Lampung, Pimpinan Alm KH Sobary. Menurut DPC PKB Lamsel, tempat itulah yang di anggap netral.
Tujuh belas PAC PKB se Lampung Selatan hadir, termasuk dari unsur DPP PKB dan Alm H. Syafrin Romas dan Muhammad Habib beserta jajaran DPW PKB Lampung juga hadir.
Hasil muscab susulan ini, adalah KH Habib Muhammad Assegaf terpilih sebagai ketua dewan syuro dengan memproleh 14 suara dan H. Syahidan MH, terpilih menjadi ketua dewan Tanfidz dengan memproleh 12 suara. Sementara Alm KH Ahmad Syukron hanya memproleh 3 suara untuk jabatan ketua dewan Syuro dan H. Marso Kasnanto hanya memproleh 5 suara untuk jabatan ketua Tanfidz.
Namun sangat di sayangkan, kelompok Candipuro kembali bermanuver.
Di bawah komando KH RM Sholeh Bajuri. Mereka bergabung ke kelompok Alm H. Mukhtar Hasan. Dengan demikian , berarti mereka berada di belakang Matori Abdul Jalil.
Meski DPP PKB telah mengesahkan susunan DPC PKB Lamsel periode 2002-2007, namun gerakan kelompok Candipuro tidak berhenti dan terus mengganggu aktifitas PKB Lamsel di lapangan.
Puncaknya ketika pileg 2004, dimana saat itu PKB pimpinan Matori Abdul Jalil kalah di pengadilan dan Matori pun mendirikan Partai Kebangsaan Demokrasi (PKD), namun PKD gagal mengikuti pileg 2004, akhirnya H. Marso Kasnanto bergabung ke PBR dan keberadaan Marso di PBR di sokong penuh oleh KH Sholeh Bajuri, yang kala itu jabatan KH Sholeh Bajuri adalah ketua PC NU Lamsel. Marso memutuskan untuk menjadi caleg PBR di pileg 2004 untuk DPRD Lamsel.
Dari mana saya faham terkait tindakan KH Sholeh Bajuri itu? Tentu amat mudah untuk mengetahuinya, sebelum dan saat pileg 2004, kader PKB yaitu Muslihin Badaruddin (kala itu masih ketua PC Ansor Lamsel dan ketua PAC PKB Candiouro) yang merupakan caleg PKB asal Candiouro selalu mengamati pergerakan KH Sholeh Bajuri.
Dalam berbagai kesempatan ceramahnya di hadapan Warga Nahdliyyin KH Sholeh selalu melontarkan ucapan *Dalam pemilu 2004, warga NU boleh memilih partai apa saja kecuali PKB*
Penekanan *kecuali PKB* itulah yang meng indikasikan bahwa KH Sholeh Bajuri amat berkeinginan untuk menggembosi PKB.
Alhamdulillah upaya KH Sholeh Bajuri itu tidak berhasil, di tengah hantaman badai, dari dalam rumah sendiri (NU) melalui KH Sholeh Bajuri, hasil pileg 2004 PKB Lamsel memproleh 5 kursi naik 1 kursi dari hasil pileg 1999. Kader PKB yang berhasil terpilih itu adakah H. Syahidan MH, KH Sarno KM Syaifudin Fathoni ( Tegineneng), Thabrani, SH ( Padang Cermin), Heru Sahararita, SH (Tanjung Bintang) dan Muslihun Badaruddin ( Candipuro).
Sebanrnya perolehan suara PKB sama dengan PKS dan PAN, namun PKB kalah suara dengan PKS, sehingga salah seorang pimpinan dewan di pegang oleh PKS (Antoni Imam).
Pasca Pilpres 2004, DPP PKB kembali di di dera konflik. Kali ini konflik antara Gus Dur dan Alwi Shihab/Gus Iful. Kok bisa kembali berkonflik(Red)
Discussion about this post