Obornews.id – Pasca Pilpres 2004, DPP PKB kembali di dera konflik. Konflik apa lagi?
Sebagimana kita ketahui, Gus Dur dan Prof Dewi Fortuna Anwar gagal di calonkan oleh PKB untuk menjadi Paslon capres/cawapres di pilpres 2004. Penyebabnya adalah karena Gus Dur gagal memenuhi syarat kesehatan yaitu kesehatan mata.
Imbas dari kegagalan itu, maka PKB tidak mencalonkan dan mendukung siapapun dalam pilpres 2004, meski adik Gus Dur yaitu KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) oleh Partai Golkar di duetkan dengan Wiranto. Namun hal tersebut tidak menimbulkan keinginan PKB secara kelembagaan untuk mendukung Gus Sholah.
Kala pilpres 2004 itu Alwi Shihab dan Gus Iful mendukung SBY-JK. Setelah SBY JK di Lantik, maka Alwi Shihab di beri jabatan Menkokesra dan Gus Iful di beri jabatan Mentri PDT.
Penerimaan jabatan Mentri oleh kedua tokoh PKB itulah yang menimbulkan ketidak-sukaan Gus Dur. Karena Gus Dur ingin PKB ada di luar pemerintah.
Kabar yang beredar Gus Dur, memerintahkan Alwi Shihab dan Gus Iful mundur dari jabatan Mentri. Namun keinginan Gus Dur itu tidak di laksanakan oleh Alwi Shihab dan Gus Iful.
Sikap keduanya itu membuat Gus Dur kesal, akhirnya memberhentikan Alwi Shihab dari Ketum PKB dan Syaifullah Yusuf diberhentikan dari Sekjen PKB dan mengangkat Prof Mahfud MD, sebagai PLT Ketum DPP PKB.
Terkait pemberhentian itu, rupanya Alwi Shihab dan Gus Iful melawan, hal ini dibuktikan dengan dimasukkannya gugatan kepengadilan, atas pemberhentian mereka sebagai Ketua umum dan Sekjen DPP PKB.
Setelah melalui persidangan dipengadilan, Alwi Shihab dan Gus Iful berhasil memenangkan gugatan tersebut dan kembali menjabat ketua umum dan Sekjen di DPP PKB.
Tahun 2005, PKB menggelar muktamar di Semarang. Aroma persaingan antara Gus Iful dan Muhaimin sudah terlihat dan terang benderang jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya Muktamar PKB di Semarang.
Kedua kubu saling klaim, bahkan diarena muktamar suasana persaingan amat terasa, terutama dalam pembahasan Tatib Muktamar yang betele-tele. Khususnya terkait dengan ketentuan calon seorang ketua umum.
Melihat gelagat tersebut, kubu Gus Iful memilih tidak melanjutkan dalam proses acara di muktamar. Sehingga Muhaimin bisa dengan mudah menjadi ketua umum Dewan Tanfidz DPP PKB dan Luqman Edy menjabat sebagai Sekjen DPP PKB.
Pasca Muktamar PKB di Semarang, kubu Alwi Shihab dan Gus Iful, kembali menggugat ke pengadilan, terkait ke absahan Muktamar Semarang.
Selain itu PKB pro Alwi juga melakukan konsolidasi di daerah termasuk di Provinsi Lampung
Di Lampung, DPP PKB pro Alwi menunjuk Alm Harun Muda Indrajaya (Bos TAMTAMA / Lempung Ekspres) sebagai ketua karateker pengurus DPW. Selain itu ada juga nama Alm Fes Muhammad Hasan, Jolly Sanggam dll.
Sedang di Kabupaten Lamsel, di tunjuk Tatang Sumantri (Dari Sidomulyo), sebagai ketua karateker DPC PKB Lamsel pro Alwi.
Perlu saya sampaikan, bahwa ketika muktamar di Semarang, saya adalah pendukung Gus Iful, namun ketika pemilihan ketua dewan Tanfidz DPP, yang masuk ke dalam ruangan pemilihan dan itu atas izin saya adalah Mamad Rahmad, SAg, PLT sekretaris DPC PKB Lamsel. Hingga hari ini, sayapun tidak tahu, siapa yang di pilih oleh Rahmad.
Rupanya sikap saya yang mendukung Gus Iful itu dijadikan amunisi baru oleh Kelompok KH Sholeh Bajuri, mereka mulai gerilya untuk mendongkel saya dari ketua DPC PKB Lamsel. Namun mereka tidak ada bukti, Krn saya faktanya, hadir di muktamar Semarang dan saya, tidak bergabung di PKB Pro Alwi secara formal karena nama saya tidak ada dalam susunan pengurus PKB Alwi.
Sikap KH Sholeh Bajuri itu bak gayung bersambut. Apa yang di lakukan oleh Sholeh Bajuri, tentu saja di dukung penuh oleh Alm H. Syafrin Romas ketua DPW dan Muhammad Habib selaku sekretaris DPW. Sikap pengurus DPW itu bisa saya maklumi, Karena sejak saya terpilih sebagai ketua DPC PKB Lamsel, kedua tokoh utama PKB Lampung itu memang tidak mendukung saya.
Memasuki tahun 2006, Gerakan-gerakan untuk menggulingkan saya semakin gencar dilakukan oleh KH Sholeh Bajuri dan teman-temannya, dan gerakan itu terus di backup secara penuh oleh DPW PKB Lampung. Namun selalu gagal.
Melihat kondisi itu, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung saja di kubu PKB Pro Alwi. Toh dalam tubuh PKB Alwi juga banyak kawan-kawan saya dari kabupaten kota lainnya dan merekapun duduk sebagai anggota DPRD di kabupaten kota masing-masing, seperti H. Muhammad Syafi’i ketua DPC PKB Tanggamus ( Aleg DPRD Tanggamus, yang dalam perjalanan kariernya sempat menjadi Wakil Bupati Tanggamus dari PDIP), Jolly Sanggam, Ketua DPC PKB Kota Bandar Lampung (Aleg DPRD kota yang dalam perjalanan karier politik nya sempat menjadi ketua Partai Perindo Lampung ), Hadi Siswanto ketua DPC PKB Lampura (Aleg DPRD Lampura), Ibu Kustini Untung Subagy ( Aleg DPRD Tuba) yang sekaligus adalah istri Bapak J Untung Subagio ketua DPC PKB Tukang Bawang, dan masih banyak lainnya yang saya lupa .
Sikap saya bergabung ke PKB pro Alwi tersebut, belumlah cukup untuk menjadi bukti formal guna mengkarateker jabatan saya dari ketua DPC PKB Lamsel, karena nama saya tidak tercantum secara formal dalam kepengurusan PKB Alwi pada level manapun. Sehingga hal tersebut membuat orang-orang yang ingin mendongkel saya dari jabatan ketua DPC PKB Lamsel semakin mumet.
Barulah sekitar bulan Juli 2006, saat PKB pro Alwi mengadakan Muswil di Hotel Syahid Bandar Lampung, saya ikut serta, namun saya hanya peninjau, Krn karateker PKB Pro Alwi Lamsel adalah Tatang Sumantri.
Dalam Muswil tersebut, syarat untuk menjadi ketua DPW harus sudah aktif di PKB minimal 2 tahun. Nah disitulah “kebetulan nya saya”
Alm Buya Harun Muda Indrajaya berniat maju sebagai ketua DPW dan akan berhadapan dengan Jolly Sanggam, tapi Buya Harun terganjal di Tatib muswil. Maka di carilah siapa yang akan menggantikan beliau untuk maju.
Buya Harun tawarkan dengan Alm Muhammad Fes Hasan untuk maju, beliau menolak, di tawarkan dengan kawan2 lainnya juga pada menolak.
Tiba-tiba Bang Fes ( begitu saya memanggil Alm Muhamamd Fes Hasan). Berkata “kenapa kita tidak tawarkan dengan Syahidan aja” ucap beliau.
Saya yang lagi duduk dengan teman-teman di panggil oleh Buya Harun saya di rayu oleh Buya Harun dan Bang Fes untuk maju, tentu saja saya kaget, kok tiba-tiba saya ditawari jadi ketua DPW, karena waktunya sudah mepet, Akhirnya dengan sedikit memaksa Bang Fes mengatakan “saya harus mau”.
Akhirnya saya bersedia maju untuk bertarung memperebutkan ketua DPW PKB Pro Alwi Lampung, dan akhirnya saya terpilih menjadi ketua DPW PKB Lampung dalam muswil itu
Pengurus DPW PKB Lampung kami susun dan Mofaye Carepeboka oleh formatur di tunjuk sebagai sekretaris DPW PKB Lampung pro Alwi.
Lantas kapan saya tahu dan faham dengan Mas Imam ( Imam Subkhi).
Jujur saya akui, selama ini, saya tidak tahu, tidak faham dan juga tidak kenal dengan Mas Imam. Krn sejak tahun 1998, saya belum pernah menemukan nama Imam Subkhi di lingkungan pengurus Banom NU baik di tingkat Kecamatan, tingkay kabupaten, apalagi tingkat Provinsi.
Saya tahu Imam Subkhi setelah usai muswil dan DPP PKB mengkarateker kepengurusan DPC PKB Lamsel yang saya pimpin. Ketua karatekernya Kala itu adalah Tabrani, SH aleg DPRD Lamsel asal Padang Cermin. Saat itu saya menerima tiga surat sekaligus, yang di bawa oleh Muhamad Abdul Hafid (mantan ketua KPUD Lamsel). Karena Hafid itu, sejak tahun dua ribuan, yang bersangkutan memang tinggal di rumah saya, dia juga Sespri saya, staf ahli fraksi PKB DPRD Lamsel dan pengelola kegiatan-kegiatan PKB di Lamsel.
Surat yang di bawa oleh Mas Hafid itu ada tiga
1. Surat Pengurus karateker dalam rangka mengkarateker saya.
2. Surat pemecatan saya sebagai anggota PKB
3. Surat PAW, yang akan digantikan oleh Qurtubi.MQ, caleg PKB di bawah saya dapil Natar.
Ketika saya baca susunan karateker, saya lihat ada nama Imam Subkhi. Tapi siapa Imam Subkhi itu sendiri, saya tidak kenal dan belum pernah ketemu.
Ada juga surat ke DPRD Lamsel yang pernah saya baca di sekretariat Dewan, yaitu mengenai
1. Surat PAW
2. Surat pencopotan saya dari jabatan ketua badan kehormatan DPRD Lamsel
3. Surat pencopotan saya dari anggota Panitia Anggaran (sekarang Banggar) DPRD Lamsel.
Terkait nomer 2 dan 3 bisa dilaksanakan, karena memang setiap tahun, ada perbaikan dan perubahan pengurus dan anggota, alat kelengkapan dewan. Krn pengisian alat kelengkapan dewan wewenang penuh dari partai.
Namun untuk poin nomer 1, sampai Purna Bhakti dari jabatan anggota DPRD Lamsel tanggal 19 Agustus 2009, saya tidak pernah bisa di PAW, meski surat dari DPC PKB Lamsel hampir tiap bulan dikirim ke sekretariat DPRD mempertanyakan kapan proses PAW itu di laksanakan. Sementara teman-teman saya dari kabupaten lain yang pro Alwi hampir semuanya sudah terkena PAW, kondisi itulah yang menjadi dasar pengurus PKB mengirim surat ke DPRD Lamsel, secara berulang-ulang tapi selalu gagal mem PAW saya
Sepanjang Mas Imam Subkhi menjadi anggota DPRD Lamsel sejak tahun 2009 hingga 2024, saya hanya dua kali bertemu beliau.
1. Akhir Februari tahun 2015, ketika itu saya beserta, Bang DR Idham Manaf, SH, MH (Mantan Aleg DPRD Lamsel, kemudian 2007 pindah ke DPRD Pesawaran), Teguh, Mislmudin dan. teman2 fungsionaris DPD KNPI provinsi Lampung, sedang duduk-duduk di lorong Bandara SUTTA karena kami akan menuju ke Papua untuk mengikuti Kongres KNPI. Tiba2 ada dua orang keluar dari Bandara, lantas Teguh berdiri dan menyalami Imam sembari berkata “wah Pak Imam, ketemu disini kita” kemudian menyalami temannya yang saya sudah kenal yaitu Pak Nanang Ermanto. Karena teman-teman pada berdiri dan bersalaman, saya juga berdiri ikut salaman. Setelah mereka berdua pergi saya bertanya dengan Teguh siapa Imam, di jawab, itu Imam Subkhi, saya mangguk2 aja, karena selama ini saya cuma tahu nama tapi tidak tahu orangnya
2. Pertenuan kedua ketika ada Rapat Dengar Pendapat antara panitia Natar Agung dan komisi 1 DPRD Lamsel akhir bulan Juli 2024, Krn mas Imam adalah wakil ketua komisi 1.
Sebenarnya saya hampir menjadi ketua DPW PKB yang sah di Lampung ini, karena di akhir tahun 2006 atau di awal tahun 2007, gugatan PKB Alwi tentang ke absahan Muktamar Semarang di kabulkan oleh pengadilan. Namun ketika PKB Gus Dur kasasi, PKB Pro Alwi dikalahkan.
Sebenarnya masih ada konflik lagi antara Gus Dur dan Muhaimin pertengahan tahun 2008 sampai menjelang pileg 2009. tapi karena saya sudah dipecat dari PKB, tidak etis rasanya jika saya bercerita, meski saya banyak tahu terkait konflik Gus Dur dan Cak Imin itu, khususnya terkait pengajuan Caleg dalam pileg 2009, karena ternyata para caleg yang maju dalam pileg 2009 adalah mereka yang berkonflik dan menginginkan bahkan sampai memecat saya dari PKB, ternyata tahun 2009, para caleg PKB Muhaimin itu adalah orang-orang yang memusuhi saya, bahkan PKB Muhaimin itulah yang memecat Gus Dur dari jabatan ketua Dewan Syuro DPP PKB, Krn sewaktu Muhaimin mengajukan gugatan ke pengadilan, pengadilan memutuskan bahwa pengurus PKB di kembalikan ke Pengurus Hasil Muktamar Semarang. Tapi Muhaimin memasukkan susunan pengurus PKB Muktamar versi Ancol, dimana nama Gus Dur tidak ada dalam pengurus Muktamar Ancol tersebut. Termasuk dalam daftar Caleg PKB untuk Provinsi Lampung ada nama KH Sholeh Bajuri, dan beliau terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung, namun sekitar tahun 2011/2012 beliau harus mundur karena terpilih sebagai ketua PW NU Lampung.
Namun biarkanlah orang lain yang akan bercerita, karena saya yakin merekapun tentu amat ingin bercerita menurut versi mereka.
Tabiik…
TAMAT
Discussion about this post